DI SEBUAH SURAU ADA MAHAR UNTUK MU
Penulis : Ady Azzumar, dkk
Penyunting : TINTA Media
Design cover : Anonim
Desain Layout Isi : Anonim
Cover color : laminasi matt ap230
Tebal Halaman : + 450 halaman
cet. 1, 2011 : 13,5 x 20cm
Penerbit : TINTA Media
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Cetakan I, 2011
cet. 1, 2011; 13,5 x 20cm
ISBN : 978-
DI SEBUAH SURAU ADA MAHAR UNTUK MU
(Novelet: Ady Azzumar)
......
“Semua kembali pada Abah, bila menurut Abah dan Ibu ini terbaik buat Nissa,
Nissa setuju saja Abah” airmata pun tumpah membasahi ke dua pipi wajah Nissa.
“Hanya satu Abah yang ingin Nissa tanyakan pada calon suami Nissa
. Mahar apa yang ia berikan buat Nissa?”
Semua terdiam. Ayah Nissa pun kaget dan tidak akan berpikir
sejauh apa yang akan ditanyakan barusan oleh anaknya.
Suasana menjadi hening.
“Aku bersedia hijrah dari Katolik menuju Islam, dan Syahadatku
ini nantinya yang akan menjadi mahar untukmu” hatinya tegetar hebat
ketika apa yang barusan diucapkan, pilihan bijak atau
sebuah hidayah menghantarkan Zandy berkata sedemikan.
....
Surau Di Ujung Sepi
Karya: IRFAN FAUZI.
Hanya kayu rapuh yang menyanggamu
puing berayap menjadi atapmu
kala hujan datang basah kuyup menggenangi suasanamu.
Namun dalam kedamaianmu lah akan tercipta kehidupan.
Saat kening tersentuh lantai dinginmu,
betapa sejuk jiwa dan hati bersamamu.
Kau peneduh dalam gersang kehidupan.
Ketika ufuk barat mewarnai langitnya dengan lembayung kuning
dan dawai waktu bersenandung
menggelincirkan hitungan detik menuju senja.
Di saat itulah engkau akan menebarkan Asma Tuhan,
lantunan adzan menggema dari arahmu.
Menjelajahi relung hati bagi jiwa manusia
untuk tunduk dalam dekapan rahmat Illahi.
Di bawah gemericik kasih sayangNya,
kau naungi segenap telapak diri yang pasrah pada Illahi.
Dalam pekat malam, saat cahaya rembulan menerangi jubah Mihgrobmu
hanya secercah redup dari kuningnya lentera yang tergantung di berandamu,
kau senantiasa menghidupkan hitamnya malam.
Terkadang simponi dengkuran burung menghias di atapmu
Melagukan dzikir keanggunan malam.
Namun sejalan bergantinya pagi menuju siang,
bersanding sore menyusul malam, berganti pula hari dan bulan.
Kini tak setapak pun langkah kaki
sempat bertandang menuju lantai naunganmu
debu pun semakin akrab menyusun lekuk kayu rapuh penutup punggungmu.
Kini kau sendiri, sepi ketika kau lantunkan adzan
sunyi saat kau menyeru Asma Tuhan.
Lelahnya hawa senja menjauhkan telapak yang akan mengetuk pintumu,
malam yang dingin pun jemu menelantarkan lenggangnya berandanmu
dari kening yang bersujud.
Dan ketika timur datang membawa cahaya kehidupan
kau lantunkan panggilan Tuhan dengan kesendirian.
Hanya embun dingin yang tunduk jatuh ke bumi,
hanya kabut pagi yang bersemi memuji kebesaran Illahi.
Sedang kau tersisih sepi dari tangan-tangan
yang menengadah menghadap Illahi
Endorsemen :
"Kisah-kisah manis yang membuktikan bahwa cinta ada karena intervensi Illahi."
(Nessa Kartika – Singapura, Penulis Favorit UNSA 2011)
Pengantar Penerbit
MASJID
Kata masjid terulang sebanyak dua puluh delapan kali di dalam Al-Quran.
Dari segi bahasa, kata tersebut terambil dari akar kata sajada-sujud,
yang berarti patuh, taat, serta tunduk dengan penuh hormat dan takzim.
Meletakkan dahi, kedua tangan, lutut, dan kaki ke bumi,
yang kemudian dinamai sujud oleh syariat, adalah bentuk lahiriah
yang paling nyata dari makna-makna di atas.
itulah sebabnya mengapa bangunan yang dikhususkan untuk melaksanakan shalat
dinamakan masjid, yang artinya "tempat bersujud."[1]
Jika dikaitkan dengan bumi ini, masjid bukan hanya sekadar tempat sujud
dan sarana penyucian.
Di sini kata masjid juga tidak lagi hanya berarti bangunan tempat shalat,
atau bahkan bertayamum sebagai cara bersuci pengganti wudu tetapi
kata masjid di sini berarti juga tempat melaksanakan segala aktivitas
manusia yang mencerminkan kepatuhan kepada Allah Swt.
Dengan demikian, masjid menjadi pangkal tempat Muslim bertolak,
sekaligus pelabuhan tempatnya bersauh.
Cerita pendek (cerpen) sebagai salah satu jenis karya sastra ternyata
dapat memberikan manfaat kepada pembacanya.
Di antaranya dapat memberikan pengalaman pengganti, kenikmatan,
mengembangkan imajinasi, mengembangkan pengertian tentang perilaku manusia,
dan dapat menyuguhkan pengalaman yang universal.
Pengalaman yang universal itu tentunya sangat berkaitan dengan hidup
dan kehidupan manusia serta kemanusiaan.
Ia bisa berupa masalah perkawinan, percintaan, tradisi, agama, persahabatan,
sosial, politik, pendidikan, dan sebagainya.
Jadi tidaklah mengherankan jika seseorang pembaca cerpen,
maka sepertinya orang yang membacanya itu sedang melihat miniatur kehidupan manusia
dan merasa sangat dekat dengan permasalahan yang ada di dalamnya.
Akibatnya, si pembacanya itu ikut larut dalam alur dan permasalahan cerita.
Bahkan sering pula perasaan dan pikirannya dipermainkan oleh permasalahan cerita yang dibacanya itu.
Ketika itulah si pembacanya itu akan tertawa, sedih, bahagia, kecewa,
marah, dan mungkin saja akan memuja sang tokoh atau membencinya
.Membaca kumpulan cerita pendek dan puisi yang termaktub
dalam buku “DI Sebuah Surau, Ada Mahar Untuk Mu”,
membuktikan bahwa generasi penulis
saat ini masih banyak yang perduli akan bacaan terhadap nilai-nilai moral agama.
Bertema masjid, surau, langgar atau musholah, teringat dengan
sebuah judul
Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis.
Robohnya Surau Kami adalah sebuah kumpulan cerpen sosio-religi karya A.A. Navis.
Cerpen ini pertama kali terbit pada tahun 1956, yang menceritakan dialog Tuhan dengan Haji Saleh,
seorang warga Negara Indonesia yang selama hidupnya hanya beribadah dan beribadah.
Cerpen ini dipandang sebagai salah satu karya monumental dalam dunia sastra Indonesia.
Begitupun dengan kumpulan puisi di dalam buku ini,
teringat kembali akan puisinya Karya Taufik Ismail yang berjudul Mencari Sebuah Mesjid:
Aku diberitahu tentang sebuah masjid
yang tiang-tiangnya pepohonan di hutan
fondasinya batu karang dan pualam pilihan
atapnya menjulang tempat tersangkutnya awan
dan kubahnya tembus pandang, berkilauan
digosok topan kutub utara dan selatan
Aku rindu dan mengembara mencarinya
Aku diberitahu tentang sepenuh dindingnya yang transparan
dihiasi dengan ukiran kaligrafi Quran
dengan warna platina dan keemasan
berbentuk daun-daunan sangat beraturan
serta sarang lebah demikian geometriknya
ranting dan tunas jalin berjalin
bergaris-garis gambar putaran angin
Aku rindu dan mengembara mencarinya
Aku diberitahu tentang masjid
yang menara-menaranya menyentuh lapisan ozon
dan menyeru azan tak habis-habisnya
membuat lingkaran mengikat pinggang dunia
kemudian nadanya yang lepas-lepas
disulam malaikat menjadi renda-renda benang emas
yang memperindah ratusan juta sajadah
di setiap rumah tempatnya singgah
Aku rindu dan mengembara mencarinya
Aku diberitahu tentang sebuah masjid yang letaknya di mana
bila waktu azan lohor engkau masuk ke dalamnya
engkau berjalan sampai waktu asar
tak bisa kau capai saf pertama
sehingga bila engkau tak mau kehilangan waktu
bershalatlah di mana saja
di lantai masjid ini, yang luas luar biasa
Aku rindu dan mengembara mencarinya
Aku diberitahu tentang ruangan di sisi mihrabnya
yaitu sebuah perpustakaan tak terkata besarnya
dan orang-orang dengan tenang membaca di dalamnya
di bawah gantungan lampu-lampu kristal
terbuat dari berlian yang menyimpan cahaya matahari
kau lihat bermilyar huruf dan kata masuk beraturan
ke susunan syaraf pusat manusia dan jadi ilmu yang berguna
di sebuah pustaka yang bukunya berjuta-juta
terletak di sebelah menyebelah mihrab masjid kita
Aku rindu dan mengembara mencarinya
Aku diberitahu tentang masjid yang beranda dan ruang dalamnya
tempat orang-orang bersila bersama
dan bermusyawarah tentang dunia dengan hati terbuka
dan pendapat bisa berlainan namun tanpa pertikaian
dan kalau pun ada pertikaian bisalah itu diuraikan
dalam simpul persaudaraan yang sejati
dalam hangat sajadah yang itu juga
terbentang di sebuah masjid yang mana
Tumpas aku dalam rindu
Mengembara mencarinya
Di manakah dia gerangan letaknya ?
Pada suatu hari aku mengikuti matahari
ketika di puncak tergelincir dia sempat
lewat seperempat kuadran turun ke barat
dan terdengar merdunya azan di pegunungan
dan aku pun melayangkan pandangan
mencari masjid itu ke kiri dan ke kanan
ketika seorang tak kukenal membawa sebuah gulungan
dia berkata :
“Inilah dia masjid yang dalam pencarian tuan”
dia menunjuk ke tanah ladang itu
dan di atas lahan pertanian dia bentangkan
secarik tikar pandan
kemudian dituntunnya aku ke sebuah pancuran
airnya bening dan dingin mengalir beraturan
tanpa kata dia berwudhu duluan
aku pun di bawah air itu menampungkan tangan
ketika kuusap mukaku, kali ketiga secara perlahan
hangat air terasa, bukan dingin kiranya
demikianlah air pancuran
bercampur dengan air mataku
yang bercucuran
Jeddah 1990.
Indah bukan? Begitupun dengan puisi-puisi yang tergabung dalam buku ini. Seni puisi atau sajak, di satu pihak harus mampu mengajak seseorang beriman,mengagungkan Tuhan,dan di lain pihak ia harus mampu mengasimilasi sifat-sifat Tuhan seperti Asmaul-Husna (99 sifat Allah) dalam diri manusia seperti ccinta kasih, penyayang, dan lain sebagainya, yang mampu membawa kedamaian bagi umat manusia. Penyair berkarya menciptakan puisi untuk menyesuaikan diri secara lebih baik dengan tata ciptaan-Nya. Dapat dinyatakan bahwa konsepsi estetik manusia-penyair berpangkal tolak dri tiga dimensi: religiusitas, personal-individual, dan mengungkap persoalan sosial.
Akhir kata, kami hadirkan buku ini, semoga dapat menjadi makna berharga, menjadi salah satu manifestasi dari indahnya berkarya. Selamat menikmati dan menemukan maknanya.
TINTA Media.
2011
[1] Oleh Dr. M. Quraish Shihab, M.A.
Daftar Isi
Pengantar Penerbit ...................................................... 5
Daftar Isi ........................................................................ 13
Di Sebuah Surau Ada Mahar Untuk Mu
Karya: Ady Azzumar .......................................... 15
Rumah Kedua
Karya: Abi Sabila .............................................. 49
Kutemukan Ketulusan Hati
Karya: Himmah Mahmudah ................................... 57
Tiada Kata Terlambat di-Mata-Mu
Karya: Yati Rachmat .......................................... 65
Di Pintu-Mu Aku Mengetuk
Karya: Oktaviana M ........................................... 73
Aku Pada Mu
Karya: ENDANG SSN ......................................... .83
Beranda Taubat
Karya: Sandza ..................................................95
Cahaya Surau Kami Mengalahkan Mentari
Karya: Hakiki Erawati. ....................................... 103
Cintamu, Kagumku di Surau-Nya
Oleh: Hylla Shane Gerhana ................................. 117
Speaker Masjid Kampungku
Karya: Faiz Fathur Roshan .................................. 129
Moskee Selwerd
Oleh : Sri Aktaviyani .......................................... 135
Subuh Gemetar Rindu
Karya: Zuliana Ibrahim........................................ 143
Sebuah Kota Asing
Karya: Dodi Prananda ........................................ 153
Tamasya dari masjid ke Masjid
Karya: Meidian Putri Zusana ................................. 163
Sehangat Dekapan Masjid
Karya: Syifa Enwa ............................................ 169
Wak Sariman, Penjaga Masjid
Karya: Bendi Saputra ......................................... 179
Rindu Masjid
Karya: Widya N. ............................................... 189
Langgar
Karya: Aisyah Lsety ........................................... 201
Malaikat Masjid
Karya: Dwi Sysil ................................................ 211
Puisi Pilihan Terbaik Surau di Ujung Sepi ...... ........223 - 433